pasang iklan disini (atas
kumpulan dongeng anak indonesia
Di suatu desa ada seorang anak gembala. Setiap hari dia menggembalakan kambingnya
di padang rumput agak jauh dari desa. Si Gembala itu anak yang nakal.
Dia suka berbuat usil dengan teman-temannya. Pada suatu hari yang
panas, dia sedang menggembala kambing-kambingnya di sebuah padang
rumput, tak jauh dari desanya. Di kelompok lain, kambing-kambing
orang-orang desa digembalakan juga, meski tidak ada yang menjaganya.
Tiba-tiba, dia punya ide jahat untuk membohongi warga desa. Kemudian dia
berteriak keras, "Ada serigala! Ada serigala! Tolong...
tolong...tolong!" "Serigala mau makan kambing-kambing kita." Dia
berharap warga desa mendengar teriakannya dan segera berlari ke arah
padang rumput.
Warga
desa yang mendengar teriakan anak itu segera berlari ke padang rumput
untuk menyelamatkan kambing-kambing mereka. Namun ketika mereka sampai,
ternyata tidak ada serigala. Hanya anak gembala itu yang tertawa
terpingkal-pingkal melihat warga desa yang telah dibohonginya.
Keesokan
harinya, anak gembala tersebut mengulangi tipuannya. Dia berteriak
lebih keras dari sebelumnya, “ada serigala…. Ada serigala…
kambing-kambing kita mau dimakan… Warga desa kembali bergegas hendak
menyelamatkan kambing-kambing mereka. Anak gembala itu kembali tertawa
terpingkal-pingkal.
Sampai
pada suatu hari, segerombolan serigala benar-benar datang menghampiri
kambing-kambing anak gembala itu. Si anak gembala
begitu ketakutan dan segera berteriak keras sekali, "Tolooong...
toloooong, ada serigala mau makan kambing kambing ku, tolong!" Para
warga desa mendengar teriakan anak gembala itu. Namun mereka diam saja,
dikira pasti itu tipuan anak gembala itu lagi. Maka mereka diam saja di
desa meneruskan pekerjaan mereka. Malang si anak gembala, semua
kambingnya habis dimakan serigala.
Begitulah nasib yang menimpa anak yang sering berbohong: bahkan berkata benar pun tidak ada orang yang akan percaya.
Pesan Moral :
Jangan suka berbohong pada orang lain, karena jika sering berbohong
maka orang lain akan menjadi tidak percaya dengan perkataan kita.
0 comments