pasang iklan disini (atas
kumpulan dongeng anak indonesia
Pengarang: Anonim
mocil adalah
seekor burung laut yang hidup di lautan. Parapelaut senang melihatnya.
Karena merekapercaya bila mocil mengikuti kapal mereka, mereka akan
mendapat keberuntungan.
Suatuhari badai ganas muncul. Angin berembus amat kencang. Parapelaut tidak dapat melihat mocil . Albert pun tidak dapat melihat para pelaut. Yangia lihat hanyalah daratan.
Suatuhari badai ganas muncul. Angin berembus amat kencang. Parapelaut tidak dapat melihat mocil . Albert pun tidak dapat melihat para pelaut. Yangia lihat hanyalah daratan.
“Tahukah engkau di manalautan?” mocil bertanya kepada seekor burung beo.
“Polly ingin kacang,”jawab burung itu.
“Tahukah engkau di mana lautan?” mocil bertanya kepada seekor burung yang berada di dalam sebuah jam. Burung itu adalah burung kukuk.
“Polly ingin kacang,”jawab burung itu.
“Tahukah engkau di mana lautan?” mocil bertanya kepada seekor burung yang berada di dalam sebuah jam. Burung itu adalah burung kukuk.
“Kukuk-kukuk,” jawabburung itu.
“Tahukah engkau di manalautan?” mocil bertanya kepada seekor burung yang hinggap di sebuah batangpohon. Burung itu adalah burung pelatuk.
“Tok-tok-tok,” jawabburung itu.
“Tahukah engkau di manalautan?” mocil bertanya kepada seekor burung yang hinggap di sebuah batangpohon. Burung itu adalah burung pelatuk.
“Tok-tok-tok,” jawabburung itu.
“Tahukah
engkau di manalautan?” mocil bertanya kepada seekor burung yang
bertengger di atas sebuah bangunan. Burung itu terbuat dari besi. Ia tidak
dapat menjawab.
mocil terbang memasuki sebuah toko.
“Aku ingin topi ini untukkupakai selama pelayaran,” kata seorang ibu.
“Sungguh topi yang indah,”ucap teman-temannya. “Burung itu seperti sungguhan.”
“Oh, ya,” ujar si Ibu.”Saya akan memakainya selama berada di atas kapal.”
“Sungguh topi yang indah,”ucap teman-temannya. “Burung itu seperti sungguhan.”
“Oh, ya,” ujar si Ibu.”Saya akan memakainya selama berada di atas kapal.”
Para penumpang naik ke atas kapal. Mereka melambai-lambaikan tangan. “Selamat tinggal,” si Ibu berkata.
Makan malam tiba.
“Aku mengenalmu!” Nakhodaberkata.
“Tidak. Tuan Nakhoda tidakmengenal saya,” sahut si Ibu.
“Bukan Ibu,” ucap Nakhoda.”Saya mengenal burung yang ada di atas topi Ibu.”
“Oh!” seru si Ibu.”Saya tidak mau ada burung sungguhan di atas topi saya.”
“Tidak. Tuan Nakhoda tidakmengenal saya,” sahut si Ibu.
“Bukan Ibu,” ucap Nakhoda.”Saya mengenal burung yang ada di atas topi Ibu.”
“Oh!” seru si Ibu.”Saya tidak mau ada burung sungguhan di atas topi saya.”
“Kami ingin burung sungguhan!” teriak para pelaut. “Kami ingin elang laut itu. la akan membawa keberuntungan.”
“Aku gembira dapat bertemu dengan kalian,” mocil berkata.
“Selamat kembali, mocil !”ucap mereka yang berada di atas kapal. Mereka semua bahagia. mocil si elang laut telah kembali. Mereka percaya akan mendapatkan keberuntungan.***
“Aku gembira dapat bertemu dengan kalian,” mocil berkata.
“Selamat kembali, mocil !”ucap mereka yang berada di atas kapal. Mereka semua bahagia. mocil si elang laut telah kembali. Mereka percaya akan mendapatkan keberuntungan.***
0 comments